0
Kanker Paru
Posted by Unknown
on
12.42
in
definisi,
keperawatan,
makalah,
materi,
sistem,
sistem respirasi,
tugas
A. DEFINISI
Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan
paru (Price, Patofisiologi, 1995).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel –
sel yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).

Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker
yang tidak terkendali dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah
karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok. ( Suryo, 2010)
B. ETIOLOGI
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum
diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam
peningkatan insiden kanker paru :
1. Asap Tembakau
Kanker
paru adalah sepuluh kali lebih umum terjadi pada perokok dibanding pada bukan
perokok. Resiko ditentukan dengan riwayat jumlah merokok dalam tahun (jumlah
bungkus rokok yang digunakan setiap hari dikali jumlah tahun merokok). Selain
itu, makin muda individu memulai merokok, makin besar resiko terjadinya kanker
paru. Faktor lain yang juga dipertimbangkan termasuk jenis rokok yang dihisap (
kandungan tar, filter vs tidak berfilter).
2.
Perokok Kedua
Perokok
pasif telah diidentifikasi sebagai penyebab yang mungkin dari kanker paru pada
bukan perokok. Dengan kata lain, individu yang secara involunter terpajan pada
asap tembakau dalam lingkungan yang dekat (mobil, gedung) berisiko terhadap
jadinya kanker paru.
3.
Polusi Udara
Berbagai
karsinogen telah diidentifikasi dalam atmosfir, termasuk sulfur, emisi
kendaraan bermotor dan polutan dari pengolahan pabrik. Bukti-bukti menunjukkan
bahwa insiden kanker paru lebih besar pada daerah perkotaan sebagai akibat
penumpukan polutan dan emisi kendaraan bermotor.
4.
Pemajanan Okupasi
Pemajanan
kronik terhadap karsinogen industrial, seperti arsenik, asbestos, gas mustrad,
krop, asap oven untuk memasak, nikel, minyak dan radiasi telah dikaitkan dengan
terjadinya kanker paru.
5.
Radon
Radon
adalah gas tidak berwarna, tidak berbau yang ditemukan dalam tanah dan bebatuan.
Selama bertahum-tahun, gas ini telah dikaitkan dengan pertambangan uranium
tetapi sekarang diketahui bahwa gas tersebut dapat menyusup ke dalam
rumah-rumah melalui bebatuan di dasar tanah. Sekarang, kadar radon yang tinggi
(lebih besar dari 4 picokuri/L) telah dikaitkan dengan terjadinya kanker paru.
6.
Vitamin A
Riset menunjukan
bahwa terdapat hubungan antara diet rendah masukan vitamin A dan terjadinya
kanker paru. Telah menjadi postulat bahwa vitamin A berkaitn dengan pengaturan
diferensiasi sel.
Faktor-faktor lain yang
mempunyai kaitan dengan kanker paru termasuk predisposisi genetik dan penyakit
pernapasan lain yang mendasari, seperti PPOM dan tuberkulosis. Kombinasi
faktor-faktor risko, terutama merokok, sangat meningkatkan resiko terjadinya
kanker paru
C. KLASIFIKASI.
Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small
cell lung cancer, SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung
cancer, NSCLC). Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk
didalam golongan kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma,
tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya.
1.
Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan,
berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia,
atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya
tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan
menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa
sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening
hilus, dinding dada, dan mediastinum.
2.
Adenokarsinoma, memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen
bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru
dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan
limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer
menyebabkan gejala-gejala.
3.
Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru
tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan
berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti
bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh
cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
4.
Karsinoma sel kecil umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral
dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah
bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk
bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran
mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel
tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact”
pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas
pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor
dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Kumar, 2007).
5.
Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan
sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung
timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan
cepat ke tempat-tempat yang jauh (Wilson, 2005).
Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan
mesotelioma bronkus. Walaupun jarang,
tumor-tumor ini penting karena dapat menyerupai karsinoma bronkogenik dan
mengancam jiwa
D. MANIFESTASI KLINIS.
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak
menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien
dalam stadium lanjut. Gejala-gejala dapat bersifat :
• Lokal (tumor tumbuh setempat) :
a.
Batuk baru atau batuk lebih hebat pada
batuk kronis
b.
Hemoptisis
c.
Mengi (wheezing, stridor)
karena ada obstruksi saluran nafas
d.
Kadang terdapat kavitas seperti
abses paru
e.
Ateletaksis
• Invasi lokal :
a.
Nyeri dada
b.
Dispnea karena efusi pleura
c.
Invasi ke perikardium à terjadi tamponade atau aritmia
d.
Sindrom vena cava superior
e.
Sindrom Horner (facial
anhidrosis, ptosis, miosis)
f.
Suara serak, karena penekanan pada
nervus laryngeal recurrent
g.
Sindrom Pancoast, karena invasi
pada pleksus brakhialis dan saraf simpatis servikalis
• Gejala
Penyakit Metastasis :
a.
Pada otak, tulang, hati, adrenal
b.
Limfadenopati servikal dan
supraklavikula (sering menyertai metastasis)
- Sindrom Paraneoplastik : terdapat 10% kanker paru dengan gejala :
a.
Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
b.
Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
c.
Hipertrofi osteoartropati
d.
Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati
perifer
e.
Neuromiopati
f.
Endokrin : sekresi berlebihan hormon paratiroid
(hiperkalsemia)
g.
Dermatologik : eritema multiform, hiperkeratosis,
jari tabuh
h.
Renal : syndrome of inappropriate antidiuretic
hormone
i.
Asimtomatik dengan kelainan radiologis
j.
Sering terdapat pada perokok dengan COPD yang
terdeteksi secara radiologis.
k.
Kelainan berupa nodul soliter
E. STADIUM.
Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru – paru:
Gambaran TNM
|
Defenisi
|
Tumor primer (T)
T0
Tx
TIS
T1
T2
T3
T4
Kelenjar limfe regional (N)
N0
N1
N2
N3
Metastasis jauh (M)
M0
M1
Kelompok stadium
Karsinoma tersembunyi TxN0M0
Stadium 0 TISN0M0
Stadium I T1N0M0
T2N0M0
Stadium II T1N1M0
T2N1M0
Stadium IIIa T3N0M0
T3N0M0
Stadium IIIb Setiap T, N3M0
T4 setiap NM0
\
Stadium IV Setiap T,
setiap N,M1
|
Tidak terbukti adanya tumor
primer
Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus
tetapi tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi
Karsinoma in situ
Tumor dengan diameter ≤ 3 cm dikelilingi paru – paru atau pleura
viseralis yang normal.
Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam setiap ukuran dimana sudah
menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan atelektasis yang meluas ke
hilus; harus berjarak 2 cm distal dari karina.
Tumor dalam setiap ukuran
dengan perluasan langsung pada dinding dada, diafragma, pleura mediastinalis,
atau pericardium tanpa mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea,
esofagus, atau korpus vertebra; atau dalam jarak 2 cm dari karina tetapi
tidak melibat karina.
Tumor dalam setiap ukuran yang sudah menyerang mediastinum atau
mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, koepua vertebra,
atau karina; atau adanya efusi pleura yang maligna.
Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar limfe regional.
Metastasis pada peribronkial dan/ atau kelenjar – kelenjar hilus
ipsilateral.
Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau kelenjar limfe
subkarina.
Metastasis pada mediastinal atau kelenjar – kelenjar limfe hilus
kontralateral; kelenjar – kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular
ipsilateral atau kontralateral.
Tidak diketahui adanya metastasis jauh
Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu (seperti otak).
Sputum mengandung sel – sel ganas tetapi tidak dapat dibuktikan
adanya tumor primer atau metastasis.
Karsinoma in situ.
Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 tanpa adanya bukti metastasis
pada kelenjar limfe regional atau tempat yang jauh.
Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 dan terdapat bukti adanya
metastasis pada kelenjar limfe peribronkial atau hilus ipsilateral.
Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan atau tanpa bukti metastasis
pada kelenjar limfe peribronkial atau hilus ipsilateral; tidak ada metastasis
jauh.
Setiap tumor dengan metastasis pada kelenjar limfe hilus tau
mediastinal kontralateral, atau pada kelenjar limfe skalenus atau
supraklavikular; atau setiap tumor yang termasuk klasifikasi T4 dengan atau
tanpa metastasis kelenjar limfe regional; tidak ada metastasis jauh.
Setiap tumor dengan metastsis jauh.
|
F. PATOFISIOLOGI.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub
bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu
cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi
bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang
timbul dapat berupa batuk, hemoptysis,
dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya
menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding
esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
1.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan
kelainan-kelainan berupa perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran
kelenjar getah bening dan tanda-tanda obstruksi parsial, infiltrat dan
pleuritis dengan cairan pleura.
2.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :
a. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru.
Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan
analisis gas.
b. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru
pada organ-organ lainnya.
c. Menilai seberapa jauh kerusakan yang
ditimbulkan oleh kanker paru pada jaringan tubuh baik oleh karena tumor
primernya maupun oleh karena metastasis.
3.
Radiologi
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan
yang paling utama dipergunakan untuk mendiagnosa kanker paru. Kanker paru
memiliki gambaran radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar getah bening,
dan metastasis ke organ lain.
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan
dengan metode tomografi komputer. Pada pemeriksaan tomografi komputer dapat
dilihat hubungan kanker paru dengan dinding toraks, bronkus, dan pembuluh darah
secara jelas. Keuntungan tomografi komputer tidak hanya memperlihatkan bronkus,
tetapi juga struktur di sekitar lesi serta invasi tumor ke dinding toraks.
Tomografi komputer juga mempunyai resolusi yang lebih tinggi, dapat mendeteksi
lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh struktur normal yang berdekatan.
4.
Sitologi
Sitologi merupakan metode pemeriksaan
kanker paru yang mempunyai nilai diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang
rendah. Pemeriksaan dilakukan dengan mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan
sitologi dapat menunjukkan gambaran perubahan sel, baik pada stadium prakanker
maupun kanker. Selain itu dapat juga menunjukkan proses dan sebab peradangan.
Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk
mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum adalah pemeriksaan yang paling
sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker paru stadium preinvasif maupun
invasif. Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik terutama untuk kanker
paru yang letaknya sentral. Pemeriksaan ini juga sering digunakan untuk
skrining terhadap kanker paru pada golongan risiko tinggi.
5.
Bronkoskopi
Setiap pasien yang dicurigai menderita
tumor bronkus merupakan indikasi untuk bronkoskopi. Dengan menggunakan
bronkoskop fiber optik, perubahan mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat
berupa nodul atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada
tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai
oleh ujung bronkoskop.
6.
Biopsi Transtorakal
Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal
banyak digunakan untuk mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di
perifer. Dalam hal ini diperlukan peranan radiologi untuk menentukan ukuran dan
letak, juga menuntun jarum mencapai massa tumor. Penentuan letak tumor
bertujuan untuk memilih titik insersi jarum di dinding kulit toraks yang
berdekatan dengan tumor.
7.
Torakoskopi
Torakoskopi adalah cara lain untuk
mendapatkan bahan guna pemeriksaan histopatologik untuk kanker paru.
Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat torakoskop yang ditusukkan dari
kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan mengambil sebahagian jaringan
paru yang tampak.
Pengambilan jaringan dapat juga
dilakukan secara langsung ke dalam paru dengan menusukkan jarum yang lebih
panjang dari jarum suntik biasa kemudian dilakukan pengisapan jaringan tumor
yang ada.
H. PENATALAKSANAAN.
1.
Pembedahan
Pembedahan pada kanker paru bertujuan untuk mengangkat tumor secara
total berikut kelenjar getah bening disekitarnya. Hal ini biasanya dilakukan
pada kanker paru yang tumbuh terbatas pada paru yaitu stadium I (T1 N0 M0 atau
T2 N0 M0), kecuali pada kanker paru jenis SCLC. Luas reseksi atau pembedahan
tergantung pada luasnya pertumbuhan tumor di paru. Pembedahan dapat juga
dilakukan pada stadium lanjut, akan tetapi lebih bersifat paliatif. Pembedahan
paliatif mereduksi tumor agar radioterapi dan kemoterapi lebih efektif, dengan
demikian kualitas hidup penderita kanker paru dapat menjadi lebih baik.
Pembedahan untuk mengobati kanker paru dapat dilakukan dengan cara :
a. Wedge Resection,
yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang berisi tumor, bersamaan dengan
margin jaringan normal.
b. Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari
satu paru.
c. Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini dilakukan jika
diperlukan dan jika pasien memang sanggup bernafas dengan satu paru.
2.
Radioterapi
Radioterapi dapat digunakan untuk tujuan pengobatan pada kanker paru
dengan tumor yang tumbuh terbatas pada paru. Radioterapi dapat dilakukan pada
NCLC stadium awal atau karena kondisi tertentu tidak dapat dilakukan
pembedahan, misalnya tumor terletak pada bronkus utama sehingga teknik
pembedahan sulit dilakukan dan keadaan umum pasien tidak mendukung untuk
dilakukan pembedahan.
Terapi
radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar X untuk membunuh sel kanker. Pada
beberapa kasus, radiasi diberikan dari luar tubuh (eksternal). Tetapi ada juga
radiasi yang diberikan secara internal dengan cara meletakkan senyawa
radioaktif di dalam jarum, dengan menggunakan kateter dimasukkan ke dalam atau
dekat paru-paru. Terapi radiasi banyak dipergunakan sebagai kombinasi dengan
pembedahan atau kemoterapi.
3.
Kemoterapi
Kemoterapi
pada kanker paru merupakan terapi yang paling umum diberikan pada SCLC atau
pada kanker paru stadium lanjut yang telah bermetastasis ke luar paru seperti
otak, ginjal, dan hati. Kemoterapi dapat digunakan untuk memperkecil sel
kanker, memperlambat pertumbuhan, dan mencegah penyebaran sel kanker ke organ
lain. Kadang-kadang kemoterapi diberikan sebagai kombinasi pada terapi
pembedahan atau radioterapi.
Penatalaksanaan ini menggunakan
obat-obatan (sitostatika) untuk membunuh sel kanker. Kombinasi pengobatan ini
biasanya diberikan dalam satu seri pengobatan, dalam periode yang memakan waktu
berminggu-minggu atau berbulan-bulan agar kondisi tubuh penderita dapat pulih.
Sumber:
- Doenges, Marilynn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta
- Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
- Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik Edisi 2, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Posting Komentar